SIFAT-SIFAT KOLOID
A. EFFEK TYNDAL
Jika seberkas
cahaya masuk ke ruangan gelap, melalui suatu celah, maka berkas cahaya itu akan
terlihat jelas, sebab partikel-partikel debu dalam ruangan yang berukuran
koloid akan menghamburkan cahaya tersebut. Demikianpula jika kita berada di
tengah hutan yang lebatpada pagi hari. Cahaya matahari yang masuk melalui
celah-celah pepohonan akan tampak dengan nyata sebab cahaya itu dihamburkan
oleh partikel kabut yang merupakan suatu sistem koloid.
Peristiwa penghamburan
cahaya oleh partikel koloid disebut effek Tyndall, sebab hal ini mula-mula
diterangkan oleh John Tyndall, ahli fisika Inggris.
Efek Tyndall
dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan larutan sejati. Partikel
dalam larutan yang berupa molekul atau ion terlalu kecil untuk menghamburkan
cahaya, sehingga berkas cahaya dalam larutan tidak terlihat. Sebaliknya cahaya
yang melewati sistem koloid akan terlihat nyata. Partikel-partikel yang
berukuran cukup besar akan mendhamburkan cahaya itu ke segala arah, meskipun
partikel koloidnya tidak tampak.
Efek Tyndal
dapat menerangkan mengapa langit padan siang berwarna biru, sedangkan ketika
matahari terbenam langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu
disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid diangkasa,
dan tidak semua frekwunsi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas
yang sama. Oleh karena intensitaas cahaya yang di hamburkan berbanding lurus
dengan frekunsi, maka ketika matahari melintas di atas kita frekuensi tinggilah
yang banyak sampai ke mata kita, sehingga kita melihat langit berwarna biru.
Ketika matahari terbenam, hamburan frekunsi rendah lebih banyak, sehingga kita
menyaksikan langit berwarna jingga atau merah.
B. GERAK BROWN
Mengapa
partikel koloid tersebar merata dalam medium pendispersinya, dan tidak memisah
meskipun didiamkan? Hal itu disebabkan oleh adanya gerak terus menerus secara
acak, tetapi gesit dari partikel koloid tersebut. Gerakan acak dari partikel
koloid dalam medium pendispernya ini disebut gerak Brown. Berdasarkan nama ahli botani bangsa Inggris yang
menemukan gerakan ini pada tahun 1827, yairu Robert Brown. Perlu juga diketahui bahwa pengamatan gerakan
partikel koloid tersebut ternyata merintis jalan bagi Robert Brown untuk
menemukan adanya inti sel pada tahun 1831.
Gerak brown
membuktikan teori kinetik molekkul, sebab gerakan tersebut adalah akibat
tabrakan antara partikel koloid dengan molkul medium pendispersinya dari segala
arah.
Oleh karena
momentum partikel koloid jauh lebih besar dari molekul mediumnya, maka partikel
koloid bergerak pada garis lurus sampai arah dan kecepatannya diubah oleh
tabrakan berikutnya.
Gerak brown
akan makin cepat jika ukuran partikel koloid makin kecil, selaiknya, makin
besar ukuran partikel, gerakanyya makin lambat. Itulah sebabnya pada partikel
suspensi gerak brown tidak lagi dijumpai.
C. ADSORPSI KOLOID
Peristiwa
penyerapan suaatu malekul atau ion pada permukaan suatu zat disebut Adsorpsi. Jangan dikelirukan dengan absorbsi, yaitu
penyerapan sampai ke bagian dalam dibawah permukaan.
Suatu sistem
koloid mempunyai kemampuan mengadsorpsi, sebab artikel koloid memiliki
permukaan yang sangat luas. Sifat sifat adsopsi dari koloid dapat kita saksikan
antara lain pada prosas berikut:
1.
Pada penyembuhan sakit perut oleh serbuk karbon
(norit), campuran serbuk karboh dengan cairan usus akan membentuk sistem koloid
yang mampu mengadsopsi kuman yang berbahaya.
2.
Pada proses pemurnia gula pasir, gula yang masih
kotor berwarna coklat dilarutka dalam air panas, lalu dialirkan mmelalui sistim
koloid yang berupa tanah diatum/karbon. Kotoran pada gula akan teradsopsi
sehingga memperoleh gula yang putih bersih.
3.
Pada pencelupan wol, kapaas atau sutera, serat
yang akan diwarnai, dicelupkan dal alumunium sulfat dan larutan basa seperti natrium
karbonat. Endapan Al(OH)3 yang bersifat koloid, melekat pada serat,
menyerap warna tersebut. Tanpa Al(OH)3, serat tidak dapat diberi
warna.
4.
Deodoran dan antiperspiran (zat anti keringat)
dapat menghilanngkan bau badan. Antiperspiran umumnya mengandung senyawa
alumunium, seperti alumunium klorihidrat, Al2(OH)5Cl.2H2O,
yang dapat memperkecil kelenjar keringat, sehingga hanya sedikit keringat yang
keluar. Hal ini karena ion alumunium menggumpalkan sebagian cairan dalam
kelenjar sehingga pori-pori menjadi kecil. Pada umumnya antiperspiran ditambahi
parfum untuk menghilangkan bau badan sehingga berfungsi sebagai deodoran.
Deodoran mengandung seng peroksida, minyak esensial parfum, serta zat
antiseptik untuk menghentikan kegiatan bakteri. Seng peroksida dapat
menghilangkan senyawa yang berbau dengan cara mengoksidasinya, sedangkan minyak
esensial dan parfum menyerap aatau menghilangkan bau badan. Di permukaan tubuh
manusia terdapat kurang lebih dua juta kelenjar keringat. Dari kelenjar
tersebut keluar cairan yang disebut keringat. Penguapan air dari cairan yang
keluar dari kelenjar inilah yang mengatur suhu badan kita. Bau badan terutama
disebabkan oleh senyawa nitrogen organik, lemak yang keluardari tubuh, dan dari
pertumbuhan bakteri dalam kelenjar keringat. Sebenarnya keringat tidak berbau,
tapi hasil peguraian dari bakteri yang berbau. Tawaspun dapat digunakan sebagai
zat antiperspiran. Dahhulu tukang cukur mengoleskan tawas untuk dagu yang
berdarah akibat pisau cukur. Darah yang keluar akan mengalami koagulasi
sehingga menutupi pori dan pendarahan akan terhenti.
5.
Daya adsorpsi dari koloid dalam tanah mampu
menahan bahan makanan yang diperlukan tumbuhan, sehingga tidak terbawa oleh air
hujan. Tanah juga mampu mengadrorpsi kuman yang berbahaya. Itulah sebab tangki
kotoran (septitenk) harus berjarak minima 8 meter dari sumur, agar tanah
menadsorpsi semua zat pencemar.
D. MUATAN KOLOID DAN ELEKTROLISIS
Partikel –
partikel koloid dapat bermuatan listrik sebagai akibat dari penyerapan ion pada
permukaan partikel koloid tersebut. Sebagai contoh, koloid Fe(OH)3
dalam air akan menyerap kation sehingga ia bermuatan positif, sedangkan koloid
As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi anion.
Disamping
karena adanya gerak brown, kesetabilansuatu sistem koloid juga disebabkan
karene adanya muatan listrik padapermukaan partikel koloid.gaya tolak menolak
pada diantara muatan yang sama akan mencegah pemisahan atau penggumpalan
sehingga sistem koloid menjadi stabil.
Jika sepasang
elektrode dicelupkan kepada suatu sistem koloid, lalu kepadanya dialirkan arus
listrik, maka partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju katode dan
yang bermuatan negatif akan menuju anoe.
Pergerakan partikel koloid di bawah pegaruh medan listrik disebut elektroforesis. Pada peristiwa elektroforesis,
partikel koloid akan dinetralkan muatannya dan digumpalkan pada elektrode.
Beberapa
kegunaan dari proses elektroforesis antara lain
Sebagai
berikut.
1.
Untuk menentukan muatan suatu partikel koloid
2.
Untuk memproduksi barang industri yang terbuat
dari karet. Misalnya, pada pembuatan boneka dan sarung tangan, karetnya
diendapkan pada cetakan bentuk boneka/ sarung tangan secara elektroforesis.
3.
Untuk meguranggi zat pencemar udara yang
dikeluarkan dari cerobong asap pabrik. Metode ini dikembangkanoleh Frederick Cottrell dari amerika
serikat.cerobong asap pabrikbagian dalam dilengkapi dengan”pengendap elektrostatika”
berupa lempengan logam yang diberi muatan listrik, yang akan menarik dan
megumpulkandebu halus dalam asap buangan.
E. KOAGULASI KOLOID
Partikel koloid
dapat megalami koagulasi
(penggumpalan) dengan cara penambahan suatu elektrolit yang muatannya
berlawanan. Sifat koagulasi partikel koloid, antara lain, dapat kita amati pada
proses berikut ini.
1.
Pada pengolahan karet dari bahan mentahnya
(lateks), partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam
asetat, sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
2.
Partikel lumpur dan tanah liat yang dikandung
air sungai akan mengendap tatkala berjumpa dengan air laut yang mengandung
banyak elektrolit, sehingga terjadilah delta di daerah muara.
3.
Jika bagian tubuh kita mengalami luka, maka ion
Al3+ atau Fe3+
segera menetralkan partikel albuminoid yang dikandung darah, sehingga terjadi
penggumpalan yang menutupi luka.
4.
Pada proses penjernihan air, ditambahkan tawas,
Al2(SO4)3, yang menyediakan ion Al3+ untuk mengendap
partikel lumpur, sehingga air menjadi jernih.
F.
KOLOID
LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid
terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid.
1.
Koloid liofil yaitu koloid yang “senang cairan”
(bahasa Yunani: lyo = cairan; philia = senang). Partikel koloid akan
mengadsorpsi molekul cairan, sehingga terbentuk selubung di kelilingi partikel
koloid itu. Jika medium pendispersinya air, istilah yang dipakai adalah
hidrofil (senang air). Contoh koloid liofil adalah kanji, protein dan
agar-agar.
2.
Koloid liofob, yaitu koloid yang “benci air”
(phobia=benci). Partikel koloid tidak mengadsorbsi molekul cairan. Jika
mediumnya air, istilah yang dipakai adalah hidrofob (benci air). Contoh koloid
hidrofob adalah sol sulfida dan sol logam
Koloid liofil lebih stabil daripada koloid liofob. Untuk
menggumpalkan koloid liofil diperlukan elektrolit dalam jumlah banyak, sebab
selubung molekul cairan yang berfungsi sebagai pelindung harus dipecahkan
dahulu. Adapun koloid liofob mudah digumpalkan dengan diberi sedikit elektrolit
saja.
Pada pembuatan sol hidrofob, cairan yang akan dipakai
sebagai medium pendispersi harus dimurnikan dahulu dari elektrolit (ion) yang
dapat menggangu kestabilan koloid. Pemurnian medium pendispersi dari elektrolit
ini disebut dialisis. Koloid dimasukkan ke dalam kantong yang terbuat yang
terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan molekul
atau ion, tetapi tidak dapat dilewati partikel koloid. Jika kantong yang berisi
koloid itu dimasukkan ke dalam air, maka ion pengganggu akan menembus selaput
masuk ke dalam air, sedangkan partikel koloid tetap tinggal di dalam kantong.
Proses dialisis dapat dipercepat dengan menggunakan air yang mengalir.
Beberapa koloid hidrofil, seperti gelatin dan gom arab,
bukan hanya stabil terhadap koagulasi, tetapi juga dapat ditambahkan kepada
koloid hidrofob untuk melindunginya dari koagulasi. Koloid hidrofil yang
ditambahka itu disebut koloid pelindung, sebab menutupi permukaan koloid
hidrofob. Jadi, jika gelatin ditambahkan ke dalam sol emas atau sol As2S3, maka
sol itu sukar digumpalkan oleh elektrolit. Penambahan koloid pelindung banyak
dipakai dalam pembuatan berbagai produk industri, misalnya film fotografi yang
merupakan koloid AgBr dalam gelatin.
G. EMULSI
Emulsi adalah sistem koloid yang partikelnya
terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi
kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan nonpolar. Misalnya
air dan minyak.
Jika minyak kelapa dicampurkan dengan air kemudian
dikocak, terjadilah campuran yang akan memisah kembali setelah didiamkan agak
lama. Untuk menstabilkan emulsi ini diperlukan ditambahkan zat pengemulsi
(emulgulator), yaitu senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan
polar sehingga ia mampu megikat zat polar (air) dan zat nonpolar (minyak).
Misalnya, sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari
“ekor” alkil yang nonpolar (larut dalam minyak) dan “kepala” ion karboksilat
yang polar (larut dalam air).
Prinsip inilah yang menyebabkan sabun dan deterjen
memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor nonpolar
dari sabun menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air.
Akibatnya, tegangan permukaan air menjadi berkurang, sehingga jauh lebih mudah
menarik kotoran.
Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah
susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu
protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Jika susu menjadi masam, karena
laktosa (gula susu) teroksida menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan
tidak dapat lagi menstabilkan emulsi. Akibatnya, lemak bersama kasein akan
memisah dari susu.
Proses pencernaan lemak dalam tubuh kita berlangsung
melalui pembentukan emulsi. Dalam usus selalu terkandung larutan basa yang akan
bereaksi dengan sebagian kecil lemak, membentuk semacam zat pengemulsi, yang
mengemulsi lemak sisanya, sehingga memudahkan enzim lipase untuk mengkatalisis
penguraian lemak tersebut.
Dalam bidang industri obat-obatan dan kosmetik,
bentuk emulsi banyak digunakan dalam pembuatan berbagai produk, seperti salep,
cream, lotion dan minyak ikan.
SOAL EVALUASI SIFAT-SIFAT KOLOID
Sumber:
KIMIA untuk SMA kelas XII, Unggul Sudarmo, Penerbit Erlangga, 2004
KIMIA 3 SMU, untuk Kelas 3, Irfan Anshori dan Hiskia Ahmad, Penerbit Erlangga, 1999
SOAL EVALUASI SIFAT-SIFAT KOLOID
Sumber:
KIMIA untuk SMA kelas XII, Unggul Sudarmo, Penerbit Erlangga, 2004
KIMIA 3 SMU, untuk Kelas 3, Irfan Anshori dan Hiskia Ahmad, Penerbit Erlangga, 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar