ZAT ADITIF PADA MAKANAN
A. FUNGSI ZAT ADITIF
Zat aditif yang
ditambahkan pada makanan bukanlah masalah baru. Sejak zaman prasejarah, manusia
telah mengunakan garam untuk mengawetkan ikan dan daging. Rempah-rempah sudah
digunakan pada masa Mesopotamia Purba sebagai bumbu dan pengharum makanan.
Peralihan masyarakat agraris menjadi masyarakat industri serta makin
meningkatnya proses urbanisasi telah meningkatkan penggunaan zat aditif pada
makanan.
Pada zaman modern
dewasa ini, kompetitif pemasaran menyebabkan kalangan industri memakai lebih
banyak zat aditif agar produk makanan mereka lebih lezat dan menarik. Di
samping itu zat aditif yang memang perlu ditambahkan untuk meningkatkan nilai
gizi makanan, biasanya lebih banyak lagi zat aditif yang tidak mengandung nilai
gizi. Zat yang terakhir disebut ini meliputi zat pewarna, zat pengawet, zat
penyedap, zat pemanis, dan zat pengharum. Karena zat aditif sangat banyak,
orang lebih sering memperingatkan agar kita hati-hati dengan makanan yang
mengandung zat kimia. Sudah tentu pemikiran tersebut agak lucu, sebab makanan
sendiri adalah zat kimia. Yang perlu kita perhatikan adalah beberapa zat kimia
tertentu dalam makanan yng mungkin membahayakan kesehatan kkita.
Tidak dapat
kita sangkal bahwa zat aditif banyak menguntungkan dan berguna bagi kesehatan.
Untuk mencegah penyakit gondok, tubuh kitaa perlu iodin yang cukup sehingga
garam dapur, NaCl perlu ditambahkan kalium iodida, KI atau kalium iodat, KIO3.
Jika kita
banyak memakan bahan segar dari alam, mungkin tubuh kita memerlukan vitamin
tambahan. Akan tetapi, pada zaman modern ini makin banyak makanan yang diproses
oleh pabrik dan pengolahannya sering mengurangi vitamin yang dikandung makanan
tersebut. Oleh karena itu, pada makanan produk industri perlu ditambahkan vitamin
tertentu. Misalnya, vitamin A ditambahkan pada margarin, vitamin B1 pada beras,
vitamin C pada minuman botol dan vitamin B pada susu.
B.
JENIS ZAT ADITIF
1.
Zat pewarna
Zat pewarna dimaksud untuk membuat makanan lebih
menarik sehingga diharapkan nafsu makan bertambah dan dari segi bisnis makanan
makin laris. Zat pewarna yang diperoleh dari bahan nabati (tumbuhan)
umunyatidak menimbulkan efek samping, misalnya warna merah pada tomat, kuning
pada kunyit, oranye pada wortel, hijau dari daun suji atau daun pandan, dan
sebagainya. Ada juga zat pewarna yang berfungsi sebagai zat tambahan, misalnya
β-karoten dari wortel yang dipakai untuk mewaarnai mentega dan margarin. Tubuh
kita akan mengubah β-karoten menjadi vitamin A. Akan tetapi, kebanyakan zat
pewarna akan berfungsi untuk estetika dan tidak mengandung zat gizi.
Dalam bidang industri kini makin banyak dipakai zat pewarna sintesis, karena zat
pewarna alami mumadah memudar dan kurang cemerlang warnyanya. Sudah tentu
zat-zat sintetik ini tidak boleh membahayakan kesehatan. Di Amerika Serikat,
badan FDA (Food and Drug Administration) telah melarang pemakaian beberapa zat
pewarna makanan yang terbukti bersifat karsinogenik (penyebab kanker)
2. Zat penyedap
Zat penyedap makanan yang banyak digunakan adalah
natrium glutamat atau MSG (monosodium Glutamate) yang dalam bahasa sehari-hari
disebut vetsin.
HOOC -
CH2 - CH2
- CH - COONa
NH2
Akhir-akhir ini MSG disinyalir dapat menimbulkan
sakit kepala, sesak napas, dan mudah letih jika dikonsumsi secara berlebihan.
Gejala ini sering disebut sindrom restouran Cina
3. Zat pemanis
Untuk mencegah kegemukan, kini banyak dipakai zat
pemanis yang tidak berkalori sebagai pengganti gula. Zat pemanis yang paling
banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan adalah sakarin yang manisnya 500
kali gula dan natrium siklamat yang manisnya 50 kali gula. Akan tetapi, sejak
dasawarsa 1970-an badan FDA di amerika serikat telah melarang penggunaan
natrium siklamat, yang dicurigai, sebagai penyebab kanker.
natrium siklamat sakarin
Pada permen-permen kini banyak dipakai sorbitol,
yaitu senyawa polihidroksi yang mengandung kalori sama dengan gula dibandingkan
gula kenggulannya adalah tidak terurai dalam mulut sihingga tidak merusak gigi.
Akan tetapi , pemakaian sorbitol yang terlalu banyak dapat menimbulkan diare.
4. Zat pengharum
Zat pengharum pada makanan umumnya merupakan ester
yang memberikan aroma buah seperti amil asetat (pisang), amil valerat (apel),
etil butirat (nanas), butil propionat (rum), dan propil asetat(pear)
Diantara zat aditif pada makanan, zat pengharum ini
boleh dikatakan paling aman dan belum pernah terdengan menimbulkan efek yang
merugikan.
5. Zat pengawet
Penambahan zat pengawet pada makanan bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan jamur atau bakteri serta untuk memperlambat proses
oksidasi yang dapat merusak makanan. Makanan produk industri yang mengandung
minyak tumbuhan atau lemak hewan sangat perlu ditambahi zat pengawet.
Untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, zat
pengawet yang banyak dipakai adalah natrium benzoat. Zat ini aman dan tidak
berbahaya, adapun untuk memperlambat oksidasi, sering digunakan dua jenis zat
antioksidan yang bernama BHT (butil hidroksi toluena) dan BHA (butil hidroksi
anisol)
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa pemakaian BHT
sebagai pengawet mengandung keuntungan dan kejelekan. BHT dapat menyembuhkan
tumor dan membuat awet muda. Akan tetapi BHT dapat menimbulkan alergi.
SOAL EVALUASI ZAT ADITIF PADA MAKANAN
SOAL EVALUASI ZAT ADITIF PADA MAKANAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar