Gempa bumi,
gelombang tsunami, dan gunung meletus merupakan fenomena atau kejadian alam
yang dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, tak terkecuali di sekitar kita.
Kejadian alam yang terjadi secara berulang-ulang membentuk suatu gajala yang
disebut gejala alam, gejala ini dapat diketahui melalu proses IPA. Salah satu
aspek dalam proses IPA yang memegang peranan penting adalah pengukuran.
Apa yang dimaksud
dengan fisika? Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
gejala alam/ fenomena alam dan interaksi yang menyertainya. Setelah mempelajari
gejala alam tertentu. Produk IPA terdiri dari konsep, hukum dan teori. Contoh
konsep : gaya, suhu, kecepatan, momentum, massa jenis, dan energi. Suatu hukum
selalu melibatkan konsep-konsep yang saling berhubungan. Contohnya hukum
Archimedes yang menyatakan perangai benda jika berada dalam fluida, selalu
melibatkan konsepgaya, percepatan gravitasi, volume dan massa jenis. Sedangkan contoh teori kinetik gas yang
menjelaskan kaitan antara suhu, tekanan, volume dan energi kinetik
partikel-partikel gas dalam ruang tertutup.
Berdasarkan konsep
hukum, dan teori yang ada, kita dapat meramal suatu keajadian dan menciptakan
teknologi yang berguna untuk kesejahteraan umat manusia. Contohnya terjadinya
gerhana matahari total dapat diramalkan, tidak hanya tanggalnya, tapi sampai
hitungan detik. Selain itu, hasil teknologi mulai dari peralatan rumah tangga
sampai penerbangan ruang angkasa merupakan hasil nyata pengenbangan teori/ hukum fisika, disamping
dari cabang ilmu lain.
Dalam mempelajari
gejala/fenomena alam, digunakan proses IPA, yang pada pokoknya terdiri atas
pengamatan, pengukuran, analisis, dan penarikan kesimpulan. Dianta proses
IPA tersebut, pengukuran memegang
peranan penting.
PENGUKURAN
Mengukur adalah
membandingkan nilai suatu besaran dengan beberapa nilai satuan besaran tersebut
yang telah ditentukan. Ketika kita mengukur panjang sebuah meja, berarti kita
membandingkan nilai panjang sebuah meja dengan satuan yang telah ditentukan,
misalnya meter, centimeter, inci, jengkal atau satuan panjang lainnya. Jika
dikatakan panjang sebuah meja 2,5meter, artinya panjang meja tersebut 2,5 kali
panjang meter standar.
Yang menjadi
masalah adalah kita tidak pernah dapat mengatakan bahwa panjang meja itu
benar-benar 2,5 meter. Dalam pengukuran, selalu ada ketidakpastian dan ini
adalah wajar. Ketidakpastian dapat berasal dari ketidaksempurnaan alat ukur
maupun proses pengukuran termasuk faktor pengamat. Walaupun demikian, kita
harus selalu mengusahakan pengukuran yang semakin presisi (precise) dan tepat (accurate)
Akurat (accurate)
menyatakan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Hasil
pengukuran dikatakan akurat jika mendekati nilai sebenarnya atau kesalahan
totalnya kecil. Tetapi, jika hasil pengukuran yang akurat tersebut rentangnya
lebar (deviasinya besar), berarti tidak presisi dan kurang bermanfaat.
Presisi (precise)
itu sendiri menyatakan derajat kedekatan data yang dihaasilkan. Hasil
pengukuran dikatakan presisi, jika deviasinya kecil dan kesalahan randomnya
kecil. Keslahan sistematis dapat menjauhkan hsil pengukuran yang presisi dari
nilai yang sebenarnya, yang berarti tidak akurat.
Jadi hasil
pengukuran yamng akurat belum tentu presisi, dan hasil pengukuran yang presisi
belum tentu akurat.
Contoh lain dapat
dilihat dalam pengukuran lapangan sepak bola. Alat laaser pengukur jarak yang
pembacaanyya sampai 6 digit akan lebih presisi daripada meteran. Tapi alat ukur
laser yang dikalibrasikan buruk dan mencatat
panjang lapangan sepak bola 117,369 m tentusaja kurang akurat dibanding meteran
(roll meter) yang hasilnya mungkin 98,7m. Panjang lapangan sepak bola yang
benar adalah 100 m.
Alat ukur.
Untuk memperoleh
nilai sebuah besaran, kita menggunakan alat ukur yang memiliki skala tertentu.
Semakin kecil skala yang digunakan semakin teliti hasil yang diperoleh.
1. Mistar atau
penggaris
Skala terkecil
sebuah mistar adalah milimeter. Ini berarti ketidakpastian/kesalahan mutlak
/ketelitian mistar adalah 0,5mm (setengah skala terkecil), meskipun ada pula
yang mengatakan ketelitiannya 1 mm. Bagaimana cara membaca hasil pengukuran panjang benda diukur
menggunakan mistar tidak boleh terjadi paralaks dan harus sampai pada perkiraan
yang dapat diterima, tidak boleh hanya sampai pada skala yang sudah pasti saja.
2. Jangka sorong
Jangka sorong
digunakan untuk mengukur panjang, diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman
benda. Bagian-bagian utama dengan lebar skala terkecil sati milimeter, memiliki
skala nonius/vernier. Lebar skala nonius masing-masing 0,9mm. Hal ini mungkin
karena panjang seluruh skala nonius adalah 9 mm tetapi dibagi menjadi 10 buah
skala. Jadi selisih satu skala pada rehang tetap dan rahang bergeser adalah ( 1
– 0,9)mm atau 0,1 mm. Ketelitian atau
ketidakpastian jangka sorong adalam 0,1 mm.
Secara umum
pembacaan skala pada jangka adalah sebagai berikut:
P =
x + nk
Keterangan:
p panjang benda
yang diukur, mulai dari garis 0 skala
utama sampai dengan garis 0 skala nonius.
x angka pada skala utama yang sudah pasti.
n banyaknya skala nonius disebelah kiri garis
skala nonius yang berimpit dengan garis skala milimeter
k adalah ketelitian
jangka sorong
Contoh soal
Jawab :
sumber : http://gurumuda.net/pengukuran-menggunakan-jangka-sorong-dan-mikrometer-skrup-contoh-soal-un.htm
Gambar di bawah ini menunjukan pengukuran lebar balok
menggunakan jangka sorong. Lebar balok adalah….
Jawab :
Garis di sebelah atas merupakan skala utama dan garis di
sebelah bawah merupakan skala nonius (skala tambahan). Jangka sorong
menggunakan satuan centimeter (cm). Jarak antara tiap garis pada skala utama =
1 cm.
Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong = skala utama + skala nonius.
Angka 0 dari skala nonius berada di antara 1,9 dan 2 karenanya skala utama = 1,9 cm
Garis pada skala nonius yang berhimpit dengan garis pada skala utama adalah garis ke-8 karenanya skala nonius = 8 x 0,01 cm = 0,08 cm.
(0,01 cm = 0,1 mm merupakan batas ketelitian dari jangka sorong).
Jadi hasil pengukuran menggunakan jangka sorong adalah 1,9 cm + 0,08 cm = 1,98 cm.
Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong = skala utama + skala nonius.
Angka 0 dari skala nonius berada di antara 1,9 dan 2 karenanya skala utama = 1,9 cm
Garis pada skala nonius yang berhimpit dengan garis pada skala utama adalah garis ke-8 karenanya skala nonius = 8 x 0,01 cm = 0,08 cm.
(0,01 cm = 0,1 mm merupakan batas ketelitian dari jangka sorong).
Jadi hasil pengukuran menggunakan jangka sorong adalah 1,9 cm + 0,08 cm = 1,98 cm.
sumber : http://gurumuda.net/pengukuran-menggunakan-jangka-sorong-dan-mikrometer-skrup-contoh-soal-un.htm
3. Mikrometer sekrup
Mikrometer skrup
memiliki ketelitian 0,01mm, bagian-bagian mikrometer skrup adalah, skala utama
pada rahang memiliki skala terkecil 0,5mm. Jumlah skala pada selubung luar 50
buah. Jika selubung diputar saru putaran, maka rahang geser bergerak 0,5 mm.
Namun jika selubung diputar 1 skala, rahang geser bergerak 1/50 x 5 mm atau
0,01 mm.
Pengukuran panjang
benda dengan mikrometer sekrup dinyatakan dengan persamaan :
P =
x + nk
Keterangan:
p panjang benda
yang diukur
x angka pada skala utama yang sudah pasti.
n banyaknya skala putar
k adalah ketelitian
mikrometer skrup
Contoh soal :
Sebuah benda ketebalannya diukur menggunakan mikrometer
skrup seperti gambar di bawah. Hasil pengukuran ketebalan benda adalah ….
Jawab :
Garis
di sebelah kiri merupakan skala utama dan garis di sebelah kanan merupakan
skala tambahan. Mikrometer skrup menggunakan satuan milimeter (mm). Jarak
antara tiap garis pada skala utama = 1 mm.
Hasil pengukuran menggunakan mikrometer skrup = skala utama + skala tambahan.
Skala utama = 2 mm
Garis pada skala tambahan yang berhimpit dengan garis tengah pada skala utama adalah garis ke-37 karenanya skala tambahan = 37 x 0,01 mm = 0,37 mm.
(0,01 mm merupakan batas ketelitian dari mikrometer skrup).
Jadi hasil pengukuran menggunakan mikrometer skrup adalah 2 mm + 0,37 mm = 2,37 mm.
Hasil pengukuran menggunakan mikrometer skrup = skala utama + skala tambahan.
Skala utama = 2 mm
Garis pada skala tambahan yang berhimpit dengan garis tengah pada skala utama adalah garis ke-37 karenanya skala tambahan = 37 x 0,01 mm = 0,37 mm.
(0,01 mm merupakan batas ketelitian dari mikrometer skrup).
Jadi hasil pengukuran menggunakan mikrometer skrup adalah 2 mm + 0,37 mm = 2,37 mm.
sumber : http://gurumuda.net/pengukuran-menggunakan-jangka-sorong-dan-mikrometer-skrup-contoh-soal-un.htm
4. Alat ukur massa,
waktu dan suhu
Alat ukur massa,
alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, (termometer) pada posisi nol yang sangat
mudah berubah. Oleh karena itu setiap akan dipakai posisi nol harus selalu
diperiksa untuk menghindari terjadinya zero erro.
5. Multimeter dan
basic meter
Multimeter sering
disebut multitester atai avometer, tergantunf pada mereknya. Alat ini dapat
difungsikan sebagai alat ukur dari beberapa besaran listrik. Avometer singkatan
dari amperemeter, voltmeter, dan ohmmeter yang secara berurutan berfungsi
sebagai alat ukur kuat arus, beda potensial dan hambatan. Pada multimeter
terdapat tombol fungsi yang dapat diputar. Disamping untuk memilih fungsi,
tombol teersebut dapata digunakan untuk memilih batas ukur.
Basicmeter adalah
alat ukur yang sangat peka, tapi hanya dapat digunakan untuk mengukur
arus/tegangan yang sangat kecil (dalam orde mikro). Jika hendak difungsikan
sebagai ampere meter perlu ditambah dengan tahanan paralel.
Cara memasang
amperemeter dan volt meter dalam rangkaian :
Pada prinsipnya,
ampere meter dipasang seri dengan komponen yang dilewati arus dan voltmeter
dipasang paralel dengan komponen yang akan diukur beda potensianya.
Cara membaca
multimeter
a. Putar tombol fungsi
ke posisi yang sesuai! Contoh
pilihannya, V-AC (voltmeter arus bolakbalik), V-DC (voltmeter arus searah),
A-AC (ampermeter arus bolak-balik), dan A-DC (amperemeter arus searah)
b. Pilih batas ukur
yang tepat ! yang harus diperhatikan adalah batas ukur harus lebih besar dari
perkiraan nilai kuat arus atau beda potensial yang akan diukur, tetapi
sebaiknya jangan terlalu tinggi karena akan menjadikan multitester menjadi
tidak peka. Jika jarumnya menyimpang dari batas maksimum atau lebih, segera
matikan rangkaian, lalu perbesar batas ukuranya. Sebagai contoh, untuk mengukur
beda potensial ujung-ujung resistor dengan sarus sebuah baerai 1,5 volt dapa
dipilih V-DC dengan batas ukur 5 volt.
c. Pilih skala yang
sesuai dengan batas ukur, lalu baca angka yang ditunjukkan jarum! Pada
multitester yang terdapt banyak skala, misalnya 0-500, 0-250, 0-50, 0-10, dan
0-5. Jika kita memillih batas ukur 5 (volt maupun ampere), maka yang kita baca
adalah skala 0 – 5. Bagaimana jika tidak ada skala yang sesuai? Kita dapat
menggunakan skala lain yang mirip. Misalnya batas ukur yang sudah dipilih adalh
12 volt, kita dapat memilih skala 0 – 10. Karena jarum menunjukkan nilai
maksimum ( yaitu 10) maka beda potensial yang diukur adalah 12 volt. Jika jarum
berada tepat di tengah-tengah (angka 5), maka beda potensialnya 6 volt, dan
seterusnya. Jika jarum berada pada angka 8, maka beda potensial yang diukur
adalah 8/10 x 12 volt = 9,6 volt.
d. Setelah selesai
skalar harus dalam posisi off.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar