Senin, 24 November 2014

      ZAT RADIOAKTIF

A.   PENEMUAN KERADIOAKTIFAN


Pada tahun 1895 Wilhem Konrad Rontgen dari jerman menemukan bahwa apabila arus elektron (saat itu namanya sinar katode, sebab eksistensi elektron baru diketahui dua tahun berikutnya) menumbuk material tertentu, misalnya anode logam, maka timbul suatu radiasi yang menyebabkan fluoresensi (pendar cahaya). Raiasi belum pernah di jumpai sebelumnya itu dinamai sinar-X oleh Rontgen, dan nama itu tertanam sampai sekarang. Sinar X ternyata mempunyai daya tembus yang tinggi terhadap materi, sehingga dewasa ini digunakan untuk memotret bagian dalam suatu benda yang tida kelihatan dari luar.
Penemuan Rontgen tersebut menarik perhatian Antonie Henri Becquerel dari Perancis, yang memang mengetahui  bahwa beberapa bantuan koleksi ayahnya dapat memancarkan sinar, meskipun ia belum memahami jenis sinar tersebut dan mengapa zat itu memancarkannya. Mungkinkah batuan itu mengandung sinar X? Untuk membuktikan dugaanya Becquerel pada tahun 1896 menjemur batuan kalium uranil sulfat di atas lempeng fotografi yang diselumuti kertas hitam. Becquerel mengharapkan bahwa sinar ultraviolet matahari membangkitkan fluoresensi dari sinar X yang mungkin dikandung dalam batuan tersebut, sehingga sinar X menembus kertas dan menimbulkan bayangan hitam pada leampeng fotografi.

Akan tetapi cuaca yang mendung menyebabkan sinar matahari tidak dapat diperoleh selama berhari-hari. Ternyata Becquerel memperoleh fakta yang mengejutkan, meskipun tanpa bantuan sinar matahari dan tanpa adanya fluoresensi, batuan tersebut terus menerus memancarkan radiasi dan menghitamkan lempeng fotografi. Kemudian diketahui bahwa sumber radiasi itu adalah atom urannium yang dikandung batuan tersebut. Penelitian becquerel lebih lanjut membuktikan bahwa sinar matahari yang dipancarkan atom uranium memiliki daya tembus yang lebih besar daripada sinarX, bahkan dapat menembus lapisan tipis alumunium dan tembaga.
Penemuan Becquerel merupakan refolusi besar dalam perkembangan teori atom. Oleh karena itu uranium dapat memancarkan radiasi yang tiada lain adalah kumpulan partikel, hal ini membuktikan bahwa atom tersusun dari partikel yang lebih kecil lagi. Fakta ini membuka jalan bagi penemuan elektron oleh Joseph John Thomson dari Inggris tahun 1897, yang disusul oleh penemuan partikel subatomik lainnya.
Selain itu penemuan Becaquerel menyebabkan impian para ahli kimia pada abad pertengahan menjadi kenyataan, yaitu bahwa perubahan satu unsur menjadi unsur lain. Zaman dahulu, para ahli kimia giat berexperimen untuk mengubah besi menjadi emas. Sudah barang tentu usaha mereka sia-sia belaka, sebab yang mereka lakukan adalah reaksi kimia biasa. Baru pada tahun 1898, sepaasang ilmuwan yang termashur Marie Sklodovska Curie, dan suaminya Pierre Curie mengamati bahwa radiasi dari uranium dapat menyebabkan terbentuknya unsur baru.


Marie Currie menciptakan istilah keradioaktifan (radioactivity) bagi proses radiasi atau pemancaran sinar oleh suatu unsur. Sinar yang dipancarkan disebut sinar radioaktif, dan unsur yang memancarkannya disebut unsur radioaktif.
Pierre dan Marrie Curie berhasil mengisolasikan dua unsur baru yang terbentuk dari peluruhan unsur uranium, masing-masing pada bulan Juli dan Desember 1898. Kedua unsur mereka dinamai polonium (dari nama Polandia negara asal Marie) dan radium (diambil dari bahasa latin  yang artinya bersinar). Sama seperti uranium, kedua unsur tersebut bersifat radioaktif.  Hasil penelitian mereka dituangkan menjadi disertasi Ph.D dari Marie Currie 1903. Barangkali inilah disertasi doktor terhebat sepanjang sejarah ilmu pengetahuan, sebab mengantarkan Marrie Currie mendapatkan dua hadiah nobel sekaligus. Tahun itu juga Marie dan Pierre Curie, bersama Becquerel, meraih hadiah nobel bidang fisika untuk jasa mereka dibidang penelitian keradioaktifan. Lalu pada tahun 1911 Marie Curie memperoleh hadiah nobel bidang kimia untuk penemuan unsur polonium dan radium.
Ernest Rutherford mengemukakan bahwa sinar radioaktif dapat dibedakan berdasarkan muatan mereka. Sinar radioaktif yang bermuatan positif dinamakan sinar alfa, sedangkan yang bermuatan negatif dinamai sinar beta. Kemudian Paul Ulrich Villard menemukan jenis radioaktif ya ng ketiga, yaitu sinar gamma yang tidak bermuatan.


0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!